Perang dan Keamanan dalam Tinjauan Teori Neorealisme

Tulisan ini akan menjelajahi konsep perang dan keamanan melalui lensa Teori Neorealisme, serta mengidentifikasi tokoh kunci yang mencetuskan teori ini.

SECURITYSECURITY STUDIES

chairifansyah

3/1/20232 min read

Teori ini dikembangkan oleh Kenneth Waltz, seorang pemikir besar di dunia hubungan internasional modern. Dalam bukunya yang terkenal, Theory of International Politics tahun 1979, Waltz menjelaskan bahwa dunia internasional berada dalam kondisi anarki. Tapi anarki di sini bukan berarti kacau tanpa aturan ya, melainkan tidak adanya otoritas tertinggi yang bisa mengatur perilaku negara-negara. Berbeda dengan sistem domestik yang punya pemerintah, polisi, atau pengadilan, sistem internasional tidak punya “penjaga malam” global. Artinya, setiap negara harus menjaga dirinya sendiri, karena tidak ada jaminan siapa pun akan membantu ketika terjadi ancaman.

Dari situlah muncul insting bertahan. Negara-negara jadi lebih waspada, lebih kompetitif, bahkan bisa dibilang paranoid, karena mereka harus bertahan hidup dalam dunia yang tidak pasti. Logikanya sederhana kalau kamu nggak jaga dirimu sendiri siapa lagi? Maka jadilah keamanan sebagai prioritas utama, dan untuk menjaganya negara akan memperkuat militernya atau membentuk aliansi dengan pihak lain. Tapi yang sering terjadi, langkh ini justru memicu ketegangan baru. Meningkatkan kekuatan militer bisa dianggap provokatif, aliansi bisa menimbulkan kecemburuan, dan pada akhirnya dunia jadi penuh dengan kecurigaan dan penuhpersaingan.

Dalam kerangka Neorealisme, negara bertindak secara rasional untuk mengamankan kepentingannya. Ada yang mencoba menyeimbangkan kekuatan dengan membentuk koalisi atau memperkuat dirinya sendiri ini yang disebut balancing. Tapi ada juga yang memilih untuk ikut pada kekuatan besar, berharap bisa aman di bawah bayang- bayangnya dan ini juga yang dikenal sebagai bandwagoning. Kedua strategi ini sebenarnya adalah bentuk respon terhadap anarki sistem internasional, bukan soal moral atau idealisme.

Dan ketika kita membicarakan soal perang, Waltz punya pandangan yang cukup menarik. Ia tidak percaya bahwa perang terjadi karena manusia itu agresif secara alamiah. Bukan itu, menurutnya perang adlah konsekuensi logis dari struktur sistem internasional itu sendiri. Karena tidak ada yang bisa menjamin keamanan secara menyeluruh, negara jadi selalu curiga satu sama lain, dan dari kecurigaan itu konflik bisa muncul. Bahkan jika tidak ada niat agresi, kesalahpahaman atau kalkulasi yang salah bisa dengan mudah memicu peperangan. Jadi, dalam dunia seperti ini kestabilan hanya bisa tercapai jika keseimbangan kekuatan tetap terjaga.

Itulah yang membuat pemikiran Kenneth Waltz begitu penting. Ia mengajak kita untuk melihat bahwa yang paling menentukan dalam hubungan internasional bukanlah niat baik atau buruk seorang pemimpin, melainkan tekanan dari sistem itu sendiri. Struktur bukn aktor individu yang membentuk perilaku negara. Dari sinilah saya mulai melihat bahwa banyak kebijakan luar negeri atau keputusan keputusan strategis suatu negara seringkali lebih bisa dipahami kalau kita melihat konteks strukturalnya, bukan semata mata personalitas atau ideologi.

Bagi saya, Neorealisme memang terkesan pesimistis. Tapi justru dalam kepahitannya itu kita bisa melihat realitas yang seringkali kita abaikan seperti bahwa dunia ini tidak ideal, dan bahwa negara negara bertindak bukan karena ingin, tetapi karena harus. Maka tak heran jika sampai hari ini, pemikiran Waltz masih menjadi rujukan utama dalam memahami dinamika global yang terus berubah.

Footnote:

Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics (Reading, MA: Addison-Wesley, 1979), hal. 88.

Dalam konteks Neorealisme, "balancing" merujuk pada strategi negara untuk menyeimbangkan kekuatan melalui pembentukan aliansi atau peningkatan kekuatan militer, sementara "bandwagoning" merujuk pada negara yang memilih untuk bergabung atau tunduk pada kekuatan dominan untuk menghindari konflik (Waltz, Theory of International Politics, hal. 171).

Anarki dalam hubungan internasional mengacu pada kurangnya pemerintahan pusat atau otoritas yang mengatur negara-negara, menciptakan lingkungan di mana setiap negara berfokus pada keamanan nasionalnya sendiri (Waltz, Theory of International Politics, hal. 88).

battle tank on green grass field during daytime
battle tank on green grass field during daytime

Kalau kita bicara soal hubungan internasional, dua hal yang paling sering muncul ke permukaan adalah perang dan keamanan. Keduanya seperti cermin besar yang memperlihatkan bagaimana negara negara bergerak, bereaksi, dan saling memengaruhi dalam sistem global yang serba rumitdan sering kali tidak bersahabat. Saya sendiri tertarik melihatnya dari sudut pandang Neorealisme, atau yang juga dikenal sebagai Realisme Struktural, sebuah pendekatan teori yang cukup berpengaruh dalam menjelaskan kenapa negara bertindak seperti itu.