Misi Menyelamatkan Dunia, Sip by Sip: Menjual Produk Tanpa Menjual Diri
Banyak brand menggunakan jargon lingkungan sebagai strategi pemasaran tanpa tindakan nyata (greenwashing). Melalui pengalaman bekerja di BWT Indonesia, saya ingin menekankan pentingnya menjual produk tanpa mengorbankan nilai, serta bagaimana misi lingkungan seharusnya diwujudkan lewat aksi, bukan sekadar slogan. Sebuah ajakan bagi brand dan konsumen untuk lebih jujur, konsisten, dan berdampak.
ENVIRONMENTAL ETHICSSOCIALMARKETINGBRAND
Chairifansyah
6/13/20252 min read
Beberapa tahun terakhir, ada tren menarik (dan sedikit mengganggu) di dunia marketing: semua brand tiba-tiba menjadi penyelamat bumi. "Plastik"? Musuh bersama. "Sustainability"? Kata sakti yang wajib dimasukkan di semua materi promosi. Setiap air minum sekarang “alkali”, setiap kemasan disebut “ramah lingkungan”, dan hampir semua produk mengklaim dirinya bagian dari solusi. Tapi ketika kita gali lebih dalam, banyak di antaranya hanyalah kemasan tanpa isi. Marketing yang terlalu fokus menjual misi, tapi lupa menghadirkan aksi.
Inilah yang disebut banyak orang sebagai greenwashing, ketika brand tampil seolah-olah peduli lingkungan hanya untuk kepentingan citra. Sebagai seseorang yang bekerja di bidang marketing dan cukup lama mengurusi komunikasi brand yang memang punya misi besar soal air dan lingkungan, saya bisa bilang: menjaga agar tidak terjebak dalam greenwashing itu tidak mudah. Apalagi ketika kamu memang harus bersaing dengan brand lain yang tidak segan memoles citra dengan jargon-jargon bombastis.
Sip by Sip: Misi yang Bukan Slogan
BWT (Best Water Technology), tempat saya bekerja, punya tagline yang sederhana tapi sarat makna: “Mission to Change the World – Sip by Sip.” Kalimat ini bukan cuma kalimat marketing. Ini benar-benar kami pegang dalam setiap langkah, mulai dari pengembangan produk hingga cara kami bicara ke konsumen. Contohnya, di Indonesia kami terus mendorong penggunaan sistem filtrasi yang mengurangi ketergantungan pada air galon sekali pakai. Kami juga mulai aktif menyuarakan pentingnya air yang sehat dari sumbernya langsung, bukan hanya soal rasa tapi juga dampaknya pada kesehatan dan lingkungan.
Tapi, kami tahu benar bahwa orang tidak akan percaya begitu saja. Dunia sudah terlalu penuh dengan kampanye “hijau” yang tak punya akar. Karena itu, kami lebih memilih untuk menunjukkan lewat tindakan. Kami ajak konsumen mencoba, kami edukasi, kami buka ruang diskusi. Kami bahkan siap dikritik selama itu membangun arah yang lebih baik.
Menjual Tanpa Menjual Diri
Sebagai orang yang lama berkecimpung di dunia marketing communication, saya percaya: menjual itu sah, tapi jangan sampai menjual diri. Maksudnya, jangan mengorbankan nilai-nilai inti hanya demi terlihat keren atau relevan. Jangan pura-pura peduli hanya demi followers. Misi itu bukan sekadar alat promosi. Ia seharusnya menjadi panduan arah. Kalau kita mengklaim brand kita peduli lingkungan, pastikan bukan cuma tim kreatif yang tahu tapi juga tim produksi, tim distribusi, bahkan vendor kita.
Ditengah lautan kampanye yang serba hijau, brand yang jujur akan lebih menonjol. Bukan karena paling nyaring, tapi karena paling nyata. Kalau kamu seorang marketer, pemilik brand, atau bahkan konsumen biasa, mungkin ada baiknya sesekali bertanya: apakah kita sedang menyuarakan misi, atau sekadar menjualnya? Dunia tidak butuh lebih banyak janji kosong dunia butuh aksi, bahkan jika itu hanya seteguk demi seteguk.