Marketing Bukan Lagi Soal Produk, Tapi Nilai Hidup
Di era di mana kepercayaan menjadi mata uang paling berharga, marketing tak lagi cukup hanya bicara soal produk. Konsumen kini mencari nilai, prinsip, keberpihakan, dan integritas yang sejati. Dalam tulisan ini, saya menjelaskan kenapa marketing hari ini harus berangkat dari nilai hidup, bukan sekadar strategi. Sebuah refleksi tentang green marketing, kejujuran brand, dan tantangan membangun makna di tengah gempuran kampanye palsu.
PHILOSOPHYMARKETINGENVIRONMENTAL ETHICS
Chairifansyah
7/17/20253 min read
Setelah sebelumnya saya menulis bahwa marketing bukan lagi soal menjual, tapi soal membangun kepercayaan, saya merasa ada satu hal lagi yang nggak kalah penting untuk dibahas yaitu nilai hidup. Karena menurut saya kepercayaan itu nggak akan bertahan lama kalau tidak dibangun di atas nilai yang nyata. Hari ini orang nggak cuma percaya pada produk yang bagus tapi pada brand yang mereka anggap punya prinsip, punya misi dan punya arah yang lebih besar dari sekadar cuan.
Makanya saya percaya, marketing sekarang bukan cuma soal jual produk. Tapi soal menyampaikan siapa kita, kita berdiri di sisi mana dan kita memperjuangkan apa. Nilai hidup ini jadi jantungnya marketing hari ini. Terutama di era ketika isu lingkungan, keadilan sosial dan transparansi mulai jadi perhatian banyak orang bukan cuma aktivis tapi juga konsumen biasa.
Orang nggak cuma beli barang karena butuh, mereka beli karena ingin jadi bagian dari sesuatu. Ingin merasa bahwa pembeliannya punya makna atau merasa bahwa brand yang mereka dukung sejalan dengan cara mereka memandang dunia.
Dan ini bukan cuma teori. Kita bisa lihat tren ini di mana-mana. Banyak brand sekarang mulai bicara soal lingkungan. Mulai dari kemasan ramah lingkungan, sistem isi ulang, donasi penanaman pohon, sampai kampanye zero waste. Semua kelihatan keren, hijau dan penuh harapn. Di satu sisi, saya senang, artinya ada kesadaran baru bahwa bumi ini bukan tempat sampah kolektif. Tapi di sisi lain, saya juga nggak bisa tutup mata banyak dari itu semua cuma gimik.
Yes, ini yang disebut greenwashing. Saat brand terlihat peduli tapi cuma di permukaan. Bikin kampanye tanam pohon, tapi bahan produksinya tetap merusak hutan. Pamer kemasan daur ulang, tapi sistem distribusinya tetap boros emisi. Jadi, mereka menjual rasa peduli, tapi nggak sungguh-sungguh melakukan perubahan.
Saya percaya, konsumen hari ini makin pintar. Mereka bisa bedain mana brand yang benar-benar punya nilai hidup dan mana yang cuma pakai nilai sebagai alat promsi. Karena marketing yang cuma menempelkan slogan tanpa tindakan nyata, cepat atau lambat akan kehilangan kepercayaan publik.
Brand-brand yang kuat hari ini menurut saya adalah brand yang walk the talk. Mereka bukan cuma bilang “we care about the planet”, tapi juga benar-benar berinvestasi di dalamnya. Mereka nggak cuma nyuruh konsumen jadi hijau, tapi juga merombak sistem produksinya supaya lebih bertanggung jawab. Mereka nggak asal pasang label "eco-friendly", tapi benar-benar mengaudit rantai pasok mereka dari hulu ke hilir.
Dan ini nggak cuma berlaku untuk isu lingkungan. Tapi juga isu kesetaraan, hak pekerja, kesehatan mental, hingga keberagaman. Saya sering lihat brand yang kampanye besar-besaran soal inklusivitas, tapi manajemennya tetap eksklusif dan toksik di dalam. Atau yang bicara soal kesehatan mental, tapi perlakukan karyawannya kayak mesin. Kalau seperti itu, buat saya itu bukan nilai tetapi itu strategi marketing yang manipulatif.
Makanya saya bilang, marketing hari ini lebih rumit. Tapi juga lebih bermakna. Kita nggak bisa cuma jual keunggulan teknis. Kita harus jujur tentang siapa kita dan apa yang kita perjuangka. Karena saat orang beli produk sekarang, mereka juga sedang beli identitas. Mereka bertanya “Kalau saya beli ini, saya sedang membela apa?”
Marketing bukan lagi soal “gimana caranya bikin orang beli”, tapi “apa yang membuat orang merasa layak mendukung kita”. Dan itu nggak bisa dimanipulasi dengan desain bagus atau campaign viral doang. Itu dibangun lewat komitmen jangka panjang. Lewat keputusan-keputusan yang kadang nggak populer secara bisnis, tapi bermakna secara nilai.
Buat saya, ini kabar baik sekaligus tantangan. Kabar baik, karena akhirnya kita dipaksa jujur dan bertanggung jawab. Tantangan, karena semua jadi lebih kompleks dan nggak bisa dibikin instan. Tapi menurut saya, justru di situlah masa depan marketing bukan di iklan, tapi di integritas. Bukan di campaign, tapi di konsistensi.