Jam Malam untuk Pelajar: Solusi atau Pelarian?

apakah kebijakan ini benar-benar menyelesaikan masalah, atau justru hanya menutup mata terhadap akar persoalan yang sebenarnya?

SOCIAL

chairifansyah

6/1/20252 min read

two red plastic stool chairs
two red plastic stool chairs

Beberapa hari terakhir, saya membaca berita tentang kebijakan Gubernur Jawa Barat yang melarang pelajar keluar rumah setelah pukul 9 malam. Katanya, ini demi melindungi mereka dari potensi bahaya seperti tawuran, begal, narkoba, dan pergaulan bebas. Sekilas, saya bisa memahami maksudnya. Tapi semakin saya pikirkan semakin saya merasa bahwa ini bukan solusi yang menyentuh akar persoalan. Justru menurut sayakebijakan ini bisa berujung pada pembatasan kebebasan anak muda dan menormalisasi ketakutan yang seharusnya tidak perlu ada di ruang publik.

Bagi saya pelarangan pelajar keluar malam itu seperti menutup pintu karena takut maling, bukan karena kita yakin lingkungan kita aman. Kita tidak sedang menyelesaikan masalah, hanya menghindarinya. Kenapa negara tidak fokus saja pada memperkuat sistem keamanannya? Bukankah semua warga negara, termasuk pelajar, berhak merasa aman kapan pun mereka berada di luar rumah?

Saya membayangkan, bagaimana kalau ada pelajar yang harus les malam, pulang kerja part-time, atau sekadar menemani orang tuanya ke pasar malam? Apakah mereka harus dianggap sebagai pelanggar hanya karena mereka berada di luar rumah setelah jam 9? Padahal tugas negara adalah memastikan bahwa setiap orang merasa aman, bukan malah membatasi ruang geraknya. Kalau memang malam hari dianggap rawan, bukankah seharusnya negara hadir lebih kuat di sana? Lebih banyak patroli, pencahayaan jalan yang cukup, kamera pengawas, dan pos keamanan bisa jadi solusi jangka panjang.

Membatasi pelajar bukan hanya soal membatasi aktivitas mereka, tapi juga bisa menanamkan rasa takut yang tidak perlu. Padahal anak muda harusnya tumbuh dengan rasa percaya diri dan kebebasan untuk berekspresi selama dalam batas yang bertanggung jawab. Daripada melarang pelajar keluar malam saya pikir akan lebih baik kalau pemerintah daerah mendorong aktivitas malam yang positif. Buka ruang belajar sampai malam, adakan kegiatan komunitas, atau fasilitasi pusat kreativitas remaja. Jadi, anak muda punya tempat yang aman, nyaman, dan produktif di luar rumah.

Pendekatan berbasis data juga penting. Tidak semua wilayah di Jawa Barat punya tingkat kejahatan malam yang tinggi. Kebijakan yang lebih spesifik, berbasis zona rawan, akan jauh lebih adil dibanding pelarangan menyeluruh.

Bagi saya, kebijakan jam malam ini adalah contoh bagaimana kita terlalu mudah memilih pendekatan instan untuk masalah kompleks. Kalau terus begini, lama-lama kita jadi terbiasa hidup dalam ketakutan, bukan dalam solusi, kita bisa menciptakan ruang yang aman tanpa harus mengekang. Justru rasa aman yang sesungguhnya hadir ketika warga bisa beraktivitas kapan pun tanpa rasa khawatir, karena tahu negara hadir dan siap melindungi.