Indonesia, 80 Tahun Merdeka: Sebuah Refleksi Pribadi

Indonesia sudah 80 tahun merdeka, tapi banyak rakyatnya belum benar-benar merasakan kemerdekaan. Masih ada kemiskinan, sulitnya lapangan kerja hingga ketimpangan sosial yang menyayat hati. Saya sedih, kecewa, namun tetap penuh harapan. Karena saya percaya selama kita punya semangat dan keberanian, Indonesia akan menemukan jalannya.

PHILOSOPHYHUMANITYSOCIALPOLITICS

Chairifansyah

8/16/20252 min read

red and white flag on top of mountain
red and white flag on top of mountain

Delapan puluh tahun Indonesia merdeka. Tapi benarkah kita telah benar-benar merdeka?
Saya termenung memandangi bendera merah putih yang berkibar gagah di langit pagi. Angin menggerakkannya pelan seolah ingin membisikkan sesuatu yang tak pernah selesai kita bicarakan yaitu tentang makna kemerdekaan yang sejati.

Saya tidak sedang meragukan perjuangan para pahlawan kita. Tidak. Saya justru sangat menghormatinya. Tapi saat saya melihat wajah lelah di jalanan, orang-orang yang telah lama terjebak dalam kemiskinan turun-temurun, anak-anak yang seharusnya sekolah tapi malah bekerja dan juga para lulusan yang menggenggam ijazah tapi tak kunjung mendapat pekerjaan… saya merasa ada yang salah, ada yang belum selesai.

Indonesia merdeka dari penjajah asing, iya!. Tapi apakah rakyatnya sudah merdeka dari rasa takut tidak makan hari ini? Sudahkah mereka merdeka dari ketidakpastian hidup? Lapangan kerja semakin sempit, korupsi masih merajalela, dan banyak kebijakan publik terasa jauh dari kebutuhan rakyat.

Kadang saya lelah melihat wajah-wajah di televisi yang berbicara tentang “kemajuan bangsa” tanpa menyadari bahwa masih banyak yang hidup tanpa akses air bersih, layanan kesehatan, bahkan identitas hukum yang layak. Saya sedih! kecewa! dan marah!

Tapi di tengah semua itu, saya tidak kehilangan harapan, saya masih percaya pada bangsa ini. Saya percaya pada pemuda-pemudi yang setiap hari berjuang membuat perubahan dari ruang-ruang kecil mereka. Saya percaya pada guru-guru di pelosok yang tetap mengajar meski dengan segala keterbatasan dan saya juga masih percaya pada petani, buruh, nelayan yang setiap hari bekerja untuk menghidupi negeri ini tanpa banyak mengeluh.

Dan saya percaya pada kekuatan doa, dan doa orang-orang di negeri ini yang masih memiliki optimisme tinggi, yang selalu memohon agar negeri ini dijaga oleh Tuhan dan dipimpin oleh orang-orang baik, jujur, dan amanah. Saya bangga menjadi bagian dari bangsa ini. Saya bangga menjadi orang Indonesia.

Semoga para pemimpin kita siapa pun mereka diberikan kekuatan untuk menjunjung etika, membela yang lemah, dan memperjuangkan segala daya upaya demi rakyat, bukan demi kekuasaan. Karena Indonesia bukan milik mereka yang duduk di kursi kekuasaan. Indonesia adalah milik semua, milik kita bersama!

Kita masih punya banyak pekerjaan rumah. Tapi saya tahu, selama kita masih punya harapan dan keberanian, Indonesia akan menemukan jalannya. Saya ingin menjadi bagian dari perjalanan itu. Saya ingin tetap berharap, dan terus bekerja, sekecil apa pun kontribusi saya.

Karena seperti kata Tan Malaka, "Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk!"

Selamat ulang tahun ke 80, Indonesiaku. Semoga engkau benar-benar merdeka.
Bukan hanya di atas kertas, tapi di hati setiap rakyatmu.